Gaya Hidup Sehat Ala Rasulullah
REPUBLIKA.CO.ID, -- Sehat Holistis ala Rasulullah adalah buku kedua yang ditulis dr Briliantono (dokter medis) bersama Ustadz Rusli Amin (dokter rohani). Buku pertama adalah Sehat Tanpa Obat yang membahas cara sehat dengan menerapkan rukun Islam dalam hidup keseharian.
Sedangkan, buku ini mengupas pola hidup sehat yang menyeluruh (sehat holistis) dengan merujuk kepada pola hidup Rasulullah SAW.
Penulis menegaskan bahwa pola hidup yang dipraktikkan Rasulullah SAW adalah pola hidup sehat yang menyeluruh dan sangat didambakan oleh manusia modern.
Dengan demikian, sesungguhnya pola hidup Rasul adalah pola hidup yang sangat cocok dijadikan panduan dan teladan oleh manusia modern atau siapa saja yang menginginkan hidup sehat secara holistis. Artinya, bukan hanya umat Islam, melainkan semua kalangan.
Penulis memulai bukunya dengan memaparkan alasan-alasan mengapa manusia di akhir zaman ini membutuhkan seorang nabi yang bersifat universal untuk semua bangsa dan masa (bab I).
Pada bab kedua, penulis sekadar mengulas sejarah Nabi Muhammad SAW. “Berbeda dengan penulisan sejarah hidup atau biografi para tokoh dunia yang lain, Sirah Nabawiyah ditulis dengan sangat selektif, terutama berkenaan dengan sabda-sabda Rasulullah.''
Metode periwayatan hadis sangat rumit dan luar biasa ilmiah. Boleh dikatakan bahwa sejarah hidup Rasulullah adalah sejarah yang sangat autentik karena diungkapkan oleh orang-orang yang terpercaya dan jujur.
Pada bab ketiga, penulis mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat figur agung Rasulullah. Bagaimana para Sahabat mulia menggambarkan sosok beliau dengan rinci, dari mulai wajah, postur tubuh, sampai cara beliau berjalan.
Begitu juga jadwal aktivitas Rasulullah SAW dari menit ke menit dan hikmah di balik aktivitas yang dilakukan Rasul tersebut.
“Rasul hidup berabad-abad yang lalu, tapi gambaran fisik beliau yang sampai kepada kita begitu lengkap dan imajinatif. Ini membuat kerinduan kita kepada beliau semakin mengkristal.”
Bab keempat menyajikan sosok Rasulullah sebagai manusia ideal, model yang sempurna, di mana pun beliau berada pasti merupakan pribadi yang sempurna dan agung.
Semua sudut kehidupan yang beliau masuki terwarnai oleh perilaku beliau. Kondisi apa pun yang beliau hadapi, umat manusia tetap dapat memetik hikmah dari keteladanan beliau. Bahkan, dalam suasana hati beliau yang paling pahit sekalipun!
Buku ini sangat perlu dibaca oleh setiap orang, tidak hanya Muslim, sebagai rujukan pola dan gaya hidup sehat secara holistis yang sesuai dengan zaman modern.
Seperti ditegaskan penulis, “Jika Anda benar-benar menghendaki hidup sehat secara holistis maka ikutilah dan praktikkanlah pola dan gaya hidup Rasulullah SAW.''
Hanya dengan meneladani pola dan gaya hidup beliau, kita akan mencapai kondisi sehat lahir batin, fisik, dan psikis. Keadaan inilah yang akan mengantarkan kita pada kebahagiaan hati dan ketenangan jiwa.”
----------------------------------------------------------------------------
Ustaz, apa penyebab penderitaan, marginalisasi, dan kekalahan demi kekalahan yang diderita umat Islam sekarang ini, padahal kita adalah umat terbaik yang didatangkan Allah SWT kepada umat manusia?
Ronandi Ronald – Jakarta
Waalaikumussalam wr wb.
Meskipun umat Islam adalah umat terbaik yang didatangkan Allah SWT untuk kemaslahatan umat manusia dan walaupun pada akhirnya kemenangan itu akan datang sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT, tetapi selama syarat-syarat datangnya kemenangan itu tidak dipenuhi, maka selama itu juga kemenangan tidak akan datang.
Selama umat Islam masih melakukan faktor-faktor penyebab kekalahan, selama itu juga kekalahan demi kekalahan akan terus dialami.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.’’ (QS al-Anfal [8]: 46)
Pertanyaan serupa pernah ditanyakan para sahabat Nabi ketika kembali dari Perang Uhud. Waktu itu umat Islam mengalami kekalahan.
Mereka mempertanyakan mengapa mengalami kekalahan padahal Allah menjanjikan umat Islam akan mandapatkan kemenangan. Maka, Allah menurunkan ayat menjelaskan penyebab kekalahan yang diderita oleh umat Islam pada waktu Perang Uhud itu.
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.” (QS Ali Imran [3]: 152).
Dalam ayat ini Allah menegaskan, pada awal Perang Uhud umat Islam mendapatkan kemenangan seperti yang dijanjikan Allah. Banyak kaum kafir Quraisy terbunuh.
Namun, ketika umat Islam lemah atau dalam tafsir disebutkan muncul sifat pengecut dan perselisihan, khususnya yang ditugaskan sebagai pemanah di atas bukit, ikut serta memperebutkan harta rampasan perang (ghanimah).
Selain itu, muncul ketidaktaatan kepada Rasulullah yang memerintahkan kepada para pemanah untuk jangan pernah turun dari bukit, apa pun yang terjadi dalam pertempuran sampai diperintahkan untuk turun. Disebabkan ketiga hal itu kaum Muslimin menderita kekalahan dalam Perang Uhud.
Dari penjelasan ayat di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa penyebab utama kekalahan umat Islam ada tiga. Pertama, sikap pengecut yang ada dalam diri umat Islam.
Ini merupakan kesalahan fatal bagi orang beriman yang percaya bahwa Allahlah satu-satunya Zat yang dapat memberikan kemenangan dan satu-satunya Zat yang dapat menakdirkan kekalahan.
Allah berfirman, “Jika Allah menolong kamu, tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan) maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakkal.” (Ali Imran [3]:160)
Kedua, terlalu banyak berselisih. Ini menjadi persoalan umat Islam pada umumnya, khususnya di Indonesia. Hendaknya umat Islam berusaha menyatukan hati mereka karena persatuan itu dimulai dari bersatunya hati atas izin Allah. Dan, untuk menghindari saling berselisih, hendaknya umat Islam selalu kembali kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam hal ini, selalu kembali kepada nilai-nilai dan ajaran Alquran dan sunah Rasulullah. “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS al-Nisaa [4]: 59).
Ketiga, mengingkari perintah Rasulullah. Karena itu, tidak ada jalan bagi umat Islam yang menginginkan kemenangan, kecuali kembali menaati dan menjadikan Rasulullah sebagai teladan yang harus diikuti dalam segala hal.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kekalahan yang dialami umat Islam pada Perang Uhud dan menjadikannya sebagai modal untuk meraih kemenangan yang dijanjikan Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
Ustaz Bachtiar Nasir
Sedangkan, buku ini mengupas pola hidup sehat yang menyeluruh (sehat holistis) dengan merujuk kepada pola hidup Rasulullah SAW.
Penulis menegaskan bahwa pola hidup yang dipraktikkan Rasulullah SAW adalah pola hidup sehat yang menyeluruh dan sangat didambakan oleh manusia modern.
Dengan demikian, sesungguhnya pola hidup Rasul adalah pola hidup yang sangat cocok dijadikan panduan dan teladan oleh manusia modern atau siapa saja yang menginginkan hidup sehat secara holistis. Artinya, bukan hanya umat Islam, melainkan semua kalangan.
Penulis memulai bukunya dengan memaparkan alasan-alasan mengapa manusia di akhir zaman ini membutuhkan seorang nabi yang bersifat universal untuk semua bangsa dan masa (bab I).
Pada bab kedua, penulis sekadar mengulas sejarah Nabi Muhammad SAW. “Berbeda dengan penulisan sejarah hidup atau biografi para tokoh dunia yang lain, Sirah Nabawiyah ditulis dengan sangat selektif, terutama berkenaan dengan sabda-sabda Rasulullah.''
Metode periwayatan hadis sangat rumit dan luar biasa ilmiah. Boleh dikatakan bahwa sejarah hidup Rasulullah adalah sejarah yang sangat autentik karena diungkapkan oleh orang-orang yang terpercaya dan jujur.
Pada bab ketiga, penulis mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat figur agung Rasulullah. Bagaimana para Sahabat mulia menggambarkan sosok beliau dengan rinci, dari mulai wajah, postur tubuh, sampai cara beliau berjalan.
Begitu juga jadwal aktivitas Rasulullah SAW dari menit ke menit dan hikmah di balik aktivitas yang dilakukan Rasul tersebut.
“Rasul hidup berabad-abad yang lalu, tapi gambaran fisik beliau yang sampai kepada kita begitu lengkap dan imajinatif. Ini membuat kerinduan kita kepada beliau semakin mengkristal.”
Bab keempat menyajikan sosok Rasulullah sebagai manusia ideal, model yang sempurna, di mana pun beliau berada pasti merupakan pribadi yang sempurna dan agung.
Semua sudut kehidupan yang beliau masuki terwarnai oleh perilaku beliau. Kondisi apa pun yang beliau hadapi, umat manusia tetap dapat memetik hikmah dari keteladanan beliau. Bahkan, dalam suasana hati beliau yang paling pahit sekalipun!
Buku ini sangat perlu dibaca oleh setiap orang, tidak hanya Muslim, sebagai rujukan pola dan gaya hidup sehat secara holistis yang sesuai dengan zaman modern.
Seperti ditegaskan penulis, “Jika Anda benar-benar menghendaki hidup sehat secara holistis maka ikutilah dan praktikkanlah pola dan gaya hidup Rasulullah SAW.''
Hanya dengan meneladani pola dan gaya hidup beliau, kita akan mencapai kondisi sehat lahir batin, fisik, dan psikis. Keadaan inilah yang akan mengantarkan kita pada kebahagiaan hati dan ketenangan jiwa.”
----------------------------------------------------------------------------
Ustaz, apa penyebab penderitaan, marginalisasi, dan kekalahan demi kekalahan yang diderita umat Islam sekarang ini, padahal kita adalah umat terbaik yang didatangkan Allah SWT kepada umat manusia?
Ronandi Ronald – Jakarta
Waalaikumussalam wr wb.
Meskipun umat Islam adalah umat terbaik yang didatangkan Allah SWT untuk kemaslahatan umat manusia dan walaupun pada akhirnya kemenangan itu akan datang sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT, tetapi selama syarat-syarat datangnya kemenangan itu tidak dipenuhi, maka selama itu juga kemenangan tidak akan datang.
Selama umat Islam masih melakukan faktor-faktor penyebab kekalahan, selama itu juga kekalahan demi kekalahan akan terus dialami.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.’’ (QS al-Anfal [8]: 46)
Pertanyaan serupa pernah ditanyakan para sahabat Nabi ketika kembali dari Perang Uhud. Waktu itu umat Islam mengalami kekalahan.
Mereka mempertanyakan mengapa mengalami kekalahan padahal Allah menjanjikan umat Islam akan mandapatkan kemenangan. Maka, Allah menurunkan ayat menjelaskan penyebab kekalahan yang diderita oleh umat Islam pada waktu Perang Uhud itu.
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.” (QS Ali Imran [3]: 152).
Dalam ayat ini Allah menegaskan, pada awal Perang Uhud umat Islam mendapatkan kemenangan seperti yang dijanjikan Allah. Banyak kaum kafir Quraisy terbunuh.
Namun, ketika umat Islam lemah atau dalam tafsir disebutkan muncul sifat pengecut dan perselisihan, khususnya yang ditugaskan sebagai pemanah di atas bukit, ikut serta memperebutkan harta rampasan perang (ghanimah).
Selain itu, muncul ketidaktaatan kepada Rasulullah yang memerintahkan kepada para pemanah untuk jangan pernah turun dari bukit, apa pun yang terjadi dalam pertempuran sampai diperintahkan untuk turun. Disebabkan ketiga hal itu kaum Muslimin menderita kekalahan dalam Perang Uhud.
Dari penjelasan ayat di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa penyebab utama kekalahan umat Islam ada tiga. Pertama, sikap pengecut yang ada dalam diri umat Islam.
Ini merupakan kesalahan fatal bagi orang beriman yang percaya bahwa Allahlah satu-satunya Zat yang dapat memberikan kemenangan dan satu-satunya Zat yang dapat menakdirkan kekalahan.
Allah berfirman, “Jika Allah menolong kamu, tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan) maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakkal.” (Ali Imran [3]:160)
Kedua, terlalu banyak berselisih. Ini menjadi persoalan umat Islam pada umumnya, khususnya di Indonesia. Hendaknya umat Islam berusaha menyatukan hati mereka karena persatuan itu dimulai dari bersatunya hati atas izin Allah. Dan, untuk menghindari saling berselisih, hendaknya umat Islam selalu kembali kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam hal ini, selalu kembali kepada nilai-nilai dan ajaran Alquran dan sunah Rasulullah. “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS al-Nisaa [4]: 59).
Ketiga, mengingkari perintah Rasulullah. Karena itu, tidak ada jalan bagi umat Islam yang menginginkan kemenangan, kecuali kembali menaati dan menjadikan Rasulullah sebagai teladan yang harus diikuti dalam segala hal.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kekalahan yang dialami umat Islam pada Perang Uhud dan menjadikannya sebagai modal untuk meraih kemenangan yang dijanjikan Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
Ustaz Bachtiar Nasir

Komentar
Posting Komentar